Maap
Gani, aku ga jadi nonton 9 naga nya, jadi ga bisa bikin review nya. Sebagai gantinya aku kasih review film
Realita, cinta, dan rock n roll.

Realita, Cinta, dan Rock n Roll. Ngeliat judulnya, aku langsung mikir duh Junot? Rock n Roll? Ngak banget dehh... Hehe. Makanya agak males juga nonton nya. Dah gitu ngantrinya panjang n aku dapet bangku M dunk... Haha.. for the 1st time dapet se depan ituuu...
Ok start about the movie. Cerita diawali dengan kejahilan 2 orang sahabat Ipang (Vino G Bastian) dan Nugie (Herjunot Ali) di bangku sma. Sebenarnya Junot dan Vino agak terlalu tua untuk berperan sebagai anak sma. Mereka memiliki 1 orang sahabat lagi bernama Sandra (Nadine Chandrawinata).
Ipang adalah seorang trouble maker. Hanya suka bermain band, padahal permainan nya ga begitu bagus. Seorang idola untuk Dido, adiknya. Suka mengajari macam2 pada adiknya. Sangat dimanjakan oleh ibunya dan sering dimarahi oleh ayahnya. Ipang mulai merasa dirinya adalah pecundang saat mengetahui bahwa ia adalah seorang anak angkat.
Nugie, trouble maker pengikut Ipang. Karena Ipang sering cari masalah di mana2, Nugie yg selalu bersamanya mau tak mau selalu terlibat semua masalah tersebut. Nugie memiliki orang tua yang cukup aneh. Ibunya (Shandy Harun) adalah sorang cenayang yang bergaya ala Yoko Ono, tengah dekat dengan seornag pria aneh dengan dandanan ala John Lennon. Sementara sang 'ayah' (Barry Prima) adalah seorang transeksual yang memilih jalan hidup menjadi waria dan memiliki seorang pria sebagai kekasih.
Sandra sendiri adalah seorang kekasih gelap dari pria beristri yang tak bisa melanjutkan kuliah karna masalah keuangan. Karakter Sandra ini kurang muncul dan terkesan hanya pelengkap saja. Akan tetai mungkin memang sulit bagi seorang 'putri indonesia' mengembangkan karakter Sandra yang memang hanya perlu tampil seksi dan menggoda. Sandra ini kemudian menjadi pemecah persahabatan antara Ipang dan Nugie karena adanya cinta segitiga di antara mereka. Seperti biasa, rasanya setiap film indonesia saat ini selalu menampilkan isu cinta segitiga.
Friendship is friendship, nothing can lies between. Mungkin itu yang ingin diajarkan lewat film ini, karena memang agak sulit mencerna pesan moral film ini. Kata penulis naskah sih mereka ingin menyampaikan misi 'anti kemapanan' (disampaikan lewat launching novel yg ditulis dari film ini di Landmark Braga kemarin sore). Anti kemapanan bagaimana? Mereka mabuk2 an dan menari2 di diskotik. Ngebut dengan mobil, dsb. Di mana letak anti kemapanan nya? Mungkin pesan lain adalah supaya penonton tidak menyerah dan terus menggapai mimpi mereka.. DAn masih banyak mungkin lain nya.
Bagaimanapun film ini cukup menghibur. Kelucuan yang ditampilkan cukup natural, isu2 yang diangkat juga sepertinya banyak dialami anak muda sekarang. Moga2 film ini bisa menjadikan film2 indonesia selanjutnya lebih baik lagi. Maju terus film indonesia.. Film selanjutnya yg bakal aku tonton adalah Jomblo. Wait 4 my next review... Peace :D